TUGAS SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

OPINI: “Globalisasi dan Pendidikan”

 

Oleh:

Rekno Wulan                          (11312241024)

 

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

 

 

 

Globalisasi dan Pendidikan

 

Globalisasi berasal dari kata globe, yang artinya bola bumi buatan, peta bumi yang bulat seperti bola dunia. Menjadi global artinya secara umum dan keseluruhan, secara bulat, meliputi seluruh dunia. Mengglobal artinya meluas ke seluruh dunia. Akhirnya menjadi lobalisasi yang artinya proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Sementara Globalisme artinya paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang layak diperhitungkan, terutama untuk bidang ekonomi dan politik. Globalisasi itu sendiri diartikan sebagai suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.

Menurut Edison A. Jamli, Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.

Titik awal lahirnya globalisasi, dimulai dengan ditemukannya alat komunikasi dan transportasi modern, seperti telepon, telegrap, radio, televisi, maupun mobil di akhir abad 29, sehingga hal ini memudahkan manusia untuk bergerak, menyampaikan inormasi atau sebaliknya dari satu tempat ke tempat lainnya. Ditambah dengan penemuan peawat terbang, penggunaan satelit komunikasi dan internet untuk mengakses peristiwa di seuruh dunia, maka proses globalisasi berjalan semakin cepat. Sehingga terjadilah kontak langsung antar bangsa-bangsa di dunia. Akibatnya tata nilai sosial budaya dari suatu bangsa akan terbawa atau saling mempengaruhi terhadap bangsa lain, tak mungkin dapat terbendung lagi. Hal inilah yang dikatakan dengan era globalisasi. Globalisasi dengan misi yang menyertainya, nyaris berjalan sesuai dengan kemauannya.

Arus globalisasi yang semakin pesat telah membuat jarak antar Negara seakan tak berarti lagi. Pada masa sekarang ini, tidak sulit untuk anak nelayan terpencil mengetahui kejadian robohnya gedung WTC di Amerika Serikat dalam hitungan menit.

Kemajuan globalisasi terutama ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya sangat berdampak bagi keberadaan aspek kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan, baik itu berupa dampak positif atau negatif. Hal ini terlihat dengan adanya sekolah-sekolah yang membuka kelas bilingual, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran wajib. Selain itu sekolah-sekolah menengah hingga perguruan tinggi sudah banyak yang membuka kelas Internasional. Untuk Indonesia hal ini tidak lain dimaksudkan agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di dunia internasional dan menjawab berbagai tantangan globalisasi. Dengan dimilikinya tenaga-tenaga kerja yang berkualitas, tentunya akan membawa dampak positif tersendiri bagi Indonesia. Indonesia mampu memperbaiki kualitas ekonomi, sehingga mampu masuk jajaran raksasa ekonomi dunia. Namun hal ini tentu sangat membutuhkan perpaduan antara kemampuan otak yang mumpuni dan keterampilan dasar yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah dengan globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia khususnya dengan sumber daya manusianya.

Pengaruh globalisasi mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas berbagai Negara atau bangsa, tampaknya didasarkan pada dua asumsi. Pertama, sekurang-kurangnya sampai taraf tertentu, pelaku atau subjek globalisasi adalah Negara-negara industri maju. Dengan kata lain, globalisasi sampai taraf tertentu merupakan kepanjangan tangan (extension) kepentingan Negara industri maju. Kedua, kekhawatiran, kecemasan, atau bahkan ketakutan akan pengaruh atau dampak terutama yang bersifat negative dari globalisasi umumnya dirasakan terutama oleh bangsa-bangsa dalam Negara berkembang, yang lebih merupakan objek daripada subjek globalisasi. Meskipun demikian, baik karena ketergantungan Negara berkembang pada Negara-negara maju dalam berbagai bidang, keuangan, ekonomi, maupun teknologi, ataupun keinginan untuk mengejar kemajuan, sadar atau tidak, mau atau tidak, Negara-negara berkembang sebenarnya juga mendukung proses globalisasi itu. Dalam pengertian ini, Negara-negara berkembang juga merupakan subjek atau pelaku globalisasi walaupun lebih pasif sifatnya.

Dari globalisasi tersebut maka akan berpengaruh, implikasi ataupun dampaknya, khususnya terhadap Negara-negara berkembang seperti Indonesia, terutama dalam ranah pendidikan, nilai-nilai moral, sosial, politik budaya dan kemanusiaan, baik yang bersifat positif maupun negative akan sangat besar efek yang ditimbulkan. Ini semua merupakan tantangan khususnya bagi generasi muda sebagai penerus bangsa, bagaimana mengemas globalisasi ini sebaik mungkin mengambil nilai positifnya dan menghindari sisi negatifnya.

Hal itu juga berimbas pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan arus globalisasi, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki menejemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.

Globalisasi telah menimbulkan gaya hidup baru yang tampak dengan jelas dalam mempengaruhi kehidupan. Ada berbagai dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terhadap dunia pendidikan, yaitu:

  1. Dampak Positif globalisasi Pendidikan
  1. Akan semakin mudahnya akses informasi.
  2. Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang professional dan berstandar internasional dalam bidang pendidikan.
  3. Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesiabisa bersaing dengan Negara-negarara lain.
  4. Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing
  5. Adanya perubahan struktur dan system pendidikan yang meningkatkan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
  1. Dampak negative globalisasi dalam pendidikan

Globalisasi pendidikan tidak selamanya membawa dampak positive bagi dunia pendidikan, melainkan globalisasi memiliki dampak negative yang perlu di antisipasi, dampaknya antara lain:

  1. Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
  2. Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yang berdampak munculnya “tradisi serba instant”.
  3. Globalisasi akan melahirkan suatu golongan-golongan di dalam dunia pendidikan.
  4. Akan semakin terkikisnya kebudayaan bangsa akibat masuknya budaya dari luar.

Globalisasi dunia pendidikan mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor, mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara karena mengacu ke Standar Internasional, yang mana bahasa Inggris menjadi sangat penting sebagai bahasa komunikasi, agar dapat bersaing di era globalisasi saat ini.

Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling ketergantungan antarnegara dan antarbangsa. Negara atau bangsa dunia kini bukan saja saling terbuka terhadap satu sama lain, tetapi juga saling ketergantungan satu sama lain dan itu bersifat asimetris, artinya satu Negara lebih tergantung pada Negara lain daripada sebaliknya. Karena saling ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua Negara pada prinsipnya akan terbuka terhadap pengaruh globalisasi. Dan efek yang ditimbulkan adalah akan masuknya secara bebas nilai-nilai moral, sosial budaya, dan sebagainya yang akan berdampak pada ranah pendidikan yang cenderung akan banyaknya nilai-nilai negative yang masuk tanpa adanya penyaringan.

Tidak dipungkiri bahwa arus globalisasi memberikan banyak dampak positif dan negatif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama dalam aspek pendidikan. Sebagai negara berkembang, Indonesia sepatutnya tetap mengikuti arus globalisasi ini. Dalam setiap tindakan sebaik apapun, sudah sewajarnya memiliki resiko. Besar kecilnya resiko dalam setiap tindakan tidak murni berasal dari keputusan itu saja, melainkan juga dipengaruhi oleh kesiapan akan datangnya resiko, sehingga resiko yang muncul dapat diminimalisir seminimal mungkin.

Dalam kasus globalisasi, resiko dapat dianggap sebagai dampak negatif yang ditimbulkan dan keuntungan diibaratkan sebagai dampak positif yang ditimbulkan. Apabila ditimbang, dampak negatif globalisasi dibidang pendidikan ini lebih berat bila dibandingkan dampak positifnya. Dengan melihat dampak tersebut, Indonesia memiliki dua pilihan. Pertama, menjauhkan diri dari arus globalisasi dan tetap pada titik levelnya, dengan akibat tidak pernah akan naik level berikutnya. Dan kedua, mengikuti arus globalisasi yang memungkinkan untuk lebih maju dari titik level semula dengan konsekuensi menanggung resiko yang mungkin akan timbul.

Dari dua pilihan tersebut, telah seyogyanya Indonesia memilih pilihan kedua, agar tidak tertinggal dengan negara lain. Tidak perlu takut untuk menerima dampak negatif. Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa besar kecilnya dampak negatif atau resiko yang muncul dapat diminimalisir seminimal mungkin. Sehingga tidak perlu khawatir akan keikutsertaan dalam globalisasi demi menuju bangsa yang lebih maju dari sebelumnya.

Dampak positif dapat diterima untuk menambah daftar kekayaan dalam dunia pendidikan Indonesia. Sedangkan untuk dampak negative, Menolak dan menghindarinya sangatlah tidak mungkin untuk dilakukan, yang dapat dilakukan adalah mengeliminasi dan mereduksi dampak negative tersebut.

Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, diperlukan sikap tegas dari masyarakat pendidikan itu sendiri, yaitu:

Menjadikan Pancasila Sebagai Acuan. Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga berperan sebagai filter. Pengaruh-pengaruh dari luar, sebelum diterima dan terkulturasi, perlulah disaring terlebih dahulu. Kemudian dikalasifikasikan kedalam dua golongan :

  1. Golongan pertama adalah golongan yang sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Golongan pertama ini merupakan golongan yang diterima dan dikembangkan, agar benar-benar sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.
  2. Golongan kedua adalah golongan yang tidak sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi bahayanya bagi bangsa Indonesia.

Menjadikan pelajaran-pelajaran moral sebagai pelajaran wajib.
pelajarn-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan perbaikan akhlak (seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) hendaklah dijadikan pelajaran wajib dalam penyusunan kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai dalam keilmuan atau spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan akhlak yang baik yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapannya.

Dengan melakukan upaya-upaya peminimalisasi timbulnya dampak negatif, ikut berpartisipasi dalam globalisasi tak perlu dikhawatirkan kembali.

About Rekno

seorang anak perempuan

Leave a comment